Hibata.id – Iwan Amlia tak menyangka siang itu menjadi mimpi buruk. Saat lelaki paruh baya itu tengah menjajakan es krim keliling di Desa Dambalo, Kecamatan Popayato, dua pria tak dikenal menghampirinya.
Mereka merebut dagangannya, mencekiknya hingga memaksanya memakan sisa kerupuk es krim bekas mereka. Beberapa saat kemudian, sepeda motornya hangus diterbakar.
Peristiwa itu terjadi Selasa (27/05/2025), sekitar pukul 14.30 Wita. Menurut pengakuan korban, para pelaku tampak berada di bawah pengaruh minuman keras.
Salah satunya tiba-tiba merampas es krim dan menolak membayar. Ketika Iwan memprotes, ia dicekik dari belakang, lalu dipaksa mengonsumsi sisa makanan yang telah dikotori pelaku.
“Saya hanya bisa diam, takut kalau melawan mereka tambah brutal,” kata Iwan saat ditemui di Polsek Popayato.
Situasi memburuk ketika rekan pelaku mencabut sebilah pisau. Korban yang ketakutan memilih melarikan diri dan melapor ke polisi.
Beberapa menit setelah kejadian, petugas tiba di lokasi dan mendapati lapak dagangan korban rusak, sementara sepeda motornya telah terbakar.
Warga sekitar membenarkan adanya keributan sebelumnya dan menyebut para pelaku memang kerap membuat onar di desa tersebut.
Petugas dari Polsek Popayato akhirnya menangkap dua pria terduga pelaku yakni, U.K(35), warga Desa Wanggarasi Tengah, Kecamatan Wanggarasi dan R.S(40) warga Desa Dambalo, Kecamatan Popayato.
Kapolsek Popayato, Iptu (nama), mengatakan kedua pelaku telah ditahan untuk menjalani pemeriksaan intensif. Polisi juga tengah menyelidiki apakah ada pelaku lain yang terlibat dalam perusakan dan pembakaran tersebut.
“Kami tidak akan mentolerir aksi premanisme dalam bentuk apa pun. Wilayah Popayato harus aman bagi siapa pun, terutama warga kecil yang mencari nafkah,” kata Kapolres Pohuwato AKBP Busroni.
Kepolisian Polres Pohuwato kini tengah memetakan daerah rawan untuk memperkuat patroli. Terutama di wilayah-wilayah pinggiran yang akses keamanannya terbatas.
Kasus Iwan Amlia menjadi pengingat bahwa perlindungan terhadap kelompok rentan di ruang publik masih lemah. Bagi Iwan, siang itu bukan sekadar kehilangan motor, tapi juga hilangnya rasa aman yang selama ini ia pegang ketika mendorong gerobaknya menyusuri jalan desa.