Scroll untuk baca berita
Buton

DPRD Buteng Soroti Krisis Oksigen dan Kekurangan Dokter di RSUD

×

DPRD Buteng Soroti Krisis Oksigen dan Kekurangan Dokter di RSUD

Sebarkan artikel ini
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Buton Tengah (Buteng) menggelar rapat gabungan komisi bersama pihak eksekutif, Senin (8/7/2025). Foto: Hibata.id
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Buton Tengah (Buteng) menggelar rapat gabungan komisi bersama pihak eksekutif, Senin (8/7/2025). Foto: Hibata.id

Hibata.id – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Buton Tengah (Buteng) menggelar rapat gabungan komisi bersama pihak eksekutif guna membahas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun Anggaran 2025.

Rapat tersebut dilaksanakan pada Senin (8/7/2025) di kantor DPRD Buteng dan dipimpin langsung oleh Ketua DPRD Saal Musrimin Ha’adi, serta dihadiri oleh Plh Sekda Buteng, Samsudin Pamone.

Scroll untuk baca berita

Dalam rapat tersebut, pihak eksekutif menyampaikan sejumlah pertanyaan kepada para pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait penggunaan anggaran selama satu tahun berjalan.

Salah satu sorotan datang dari anggota legislatif dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Rasid Sabi, yang mempertanyakan penggunaan anggaran di Dinas Kesehatan, khususnya terkait sering habisnya tabung oksigen saat dibutuhkan masyarakat di puskesmas maupun di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).

Ia juga menyoroti minimnya tenaga dokter di puskesmas serta kurangnya dokter spesialis di RSUD Buteng, yang menyebabkan banyak pasien harus dirujuk ke rumah sakit di daerah lain.

Baca Juga:  Paripurna HUT ke-11 Buton Tengah: DPRD dan Pemkab Sepakat Genjot Pembangunan

Tidak hanya itu, Rasid Sabi juga menyoroti kinerja sejumlah OPD lainnya, seperti Dinas Pertanian, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Pariwisata, Dinas Sosial, dan Dinas Pendidikan.

Ia menyinggung soal penertiban hewan ternak oleh Satpol PP, belum maksimalnya pengelolaan sektor pariwisata, banyaknya warga yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan, serta kerusakan infrastruktur sejumlah sekolah.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Dinas Kesehatan, Hasrun Hasanu, menyatakan bahwa persoalan oksigen memang masih menjadi kendala.

“Kami masih sangat bergantung pada daerah tetangga jika stok oksigen habis, baik di puskesmas maupun RSUD,” ujar Hasrun.

“Memang oksigen masih menjadi masalah. Kami hanya bisa menambah stok sebisanya, dan jika habis, kami harus mendatangkannya dari Kota Baubau atau Muna,” sambungnya.

Baca Juga:  Menkes Budi Gunadi Letakkan Batu Pertama RSUD Buteng, Target Rampung Akhir 2025

Hasrun menambahkan, pihaknya sebenarnya telah berupaya mencari referensi untuk pengisian oksigen mandiri, namun biaya pengadaan alat tersebut cukup besar, mencapai Rp3 miliar.

Terkait minimnya tenaga medis, Hasrun tidak menampik bahwa kekurangan dokter umum dan dokter spesialis masih menjadi persoalan. Ia menjelaskan, beberapa dokter yang habis masa kontraknya sudah direkrut kembali untuk mengisi kekosongan di puskesmas.

“Saat ini, RSUD Buteng juga masih kekurangan dokter spesialis, terutama spesialis anestesi dan spesialis obstetri dan ginekologi (obgyn). Namun kami melalui Direktur RSUD telah mengajukan permohonan ke Kementerian Kesehatan untuk penambahan dua tenaga medis ini,” jelasnya.

Menanggapi persoalan tersebut, anggota DPRD dari Partai Golkar, Sa’adia, turut memberikan tanggapan terkait ketersediaan oksigen. Ia meminta agar Dinas Kesehatan lebih selektif dalam pengadaan obat dan alat kesehatan (alkes) yang dibutuhkan masyarakat.

Baca Juga:  Reses di Dapilnya, Aleg Demokrat Buteng Siapkan Dana Ini Jika Pemda Tidak Siap

“Sebaiknya kurangi belanja obat dan alkes yang tidak terlalu mendesak. Karena saat warga membutuhkan, justru harus dirujuk ke rumah sakit lain,” ujarnya.

Sementara itu, anggota DPRD dari Partai Hanura, Ibnu Hasyim Wardana Hasan Mbou, memberikan saran agar pemerintah daerah menyekolahkan putra-putri daerah yang berprestasi ke jenjang pendidikan profesi dokter agar nantinya dapat kembali mengabdi di daerah.

“Memang tidak mudah mencari dokter spesialis, apalagi mereka cenderung memilih tinggal di kota besar dan fokus pada praktik pribadi. Oleh karena itu, jika ada anak daerah yang berpotensi, mari kita dukung bersama agar ke depan kita tidak terus kekurangan dokter spesialis,” terang Ibnu.

**Cek berita dan artikel terbaru di GOOGLE NEWS dan ikuti WhatsApp Channel
Example 120x600