Hibata.id – Kepala Desa Bulangita Fendi Diange memilih dian dan tak mau memberikan tanggapan soal banjir yang melanda desanya yang diakibatkan aktivitas pertambangan ilegal (PETI) yang menggunakan alat berat di wilayah tersebut.
Hibata.id menghubunginya melalui pesan Whashapp sejak Sabtu (8/3/2024) kemarin untuk meminta tanggapannnya soal hal tersebut. Namun, hingga berita ini diterbitkan, dirinya tidak merespon upaya konfirmasi tersebut, meskipun pesan itu sudah dibaca.
Padahal, banjir yang melanda desanya tersebut bukanlah kejadian pertama, melainkan rangkaian dari bencana yang terus berulang dalam beberapa bulan terakhir. Warga setempat semakin resah dan mendesak agar pemerintah segera mengambil tindakan tegas.
Alih-alih mengambil tindakan tegas, aktivitas tambang ilegal yang menggunakan exavator itu terus beroperasi, tanpa ada penindakan dari pemerintah dan aparat penegak hukum (APH). Eksploitasi tambang ilegal itu telah menyebabkan banjir besar yang merendam pemukiman warga.
Sejak aktivitas tambang ilegal menggunakan excavator, warga setempat mencurigai adanya perubahan drastis pada kondisi lingkungan yang menyebabkan bencana. Mereka menduga, perubahan struktur tanah dan tertutupnya jalur aliran air alami akibat penggalian tanah oleh alat berat, menjadi pemicu meluapnya air ke permukiman.
Pida, seorang warga desa, mengungkapkan bahwa sebelumnya, banjir tidak pernah menjadi masalah utama bagi mereka. Meski hujan deras turun, air selalu mengalir dengan lancar melalui saluran alami. Namun, sejak alat berat masuk ke area tambang, banjir kerap melanda.
“Dulu, air selalu mengalir melalui jalurnya. Tapi sejak adanya galian tanah, air malah terjebak dan meluap ke pemukiman. Bahkan, air bisa masuk ke dalam rumah,” ujar Pida kepada Hibata.id, Sabtu (8/3/2025). Menurut informasi yang dihimpun, diperkirakan ada sekitar 8 hingga 9 unit excavator yang beroperasi di area tambang ilegal Desa Bulangita.
Sebelumnya, tambang di desa ini dilakukan secara manual, namun sekarang alat berat digunakan tanpa izin yang jelas, mengakibatkan dampak lingkungan yang parah. Warga mengeluhkan kondisi ini, namun hingga kini belum ada respons nyata dari pihak berwenang.
“Sudah sering kami mengeluh, tapi tidak ada tindakan. Kami khawatir kalau pembiaran ini terus berlanjut, bukan hanya banjir yang akan mengancam, tetapi juga bencana yang lebih besar. Banjir yang kami alami saat ini hanya permulaan. Mungkin kalau banjir sudah menenggelamkan desa, baru ada yang bertindak” kata Pida dengan nada kesal.
Para warga berharap pemerintah segera mengambil tindakan tegas terhadap aktivitas tambang ilegal ini sebelum kerusakan lebih parah terjadi. Mereka mendesak agar pihak berwenang segera menutup tambang-tambang tanpa izin yang merusak lingkungan dan mengancam keselamatan hidup mereka.