Hibata.id – Di balik gegap-gempita investasi tambang emas di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, bara perlawanan mulai menyala. Forum Mahasiswa Lingkar Tambang (FORMALINTANG), yang dipimpin mantan Ketua Umum PMII Pohuwato, Taufik Dunggio, menyiapkan aksi besar-besaran pada Senin, 21 April 2025. Sasaran mereka jelas: kantor pusat PT Merdeka Copper Gold di Jakarta Selatan dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Seruan mereka bukan sekadar retorika. Taufik dan kawan-kawan menguliti satu demi satu janji manis yang menyertai Proyek Emas Pani—sebuah mega proyek tambang emas yang diklaim akan menjadi “angin segar” bagi perekonomian lokal. Namun, bagi warga lingkar tambang, angin yang datang justru membawa debu, bukan kesejahteraan.
“Ini bukan multiplier effect, ini multiplier penderitaan!” ujar Taufik lantang.
Pernyataan Ketua Komisi III DPRD Gorontalo, Espin Tulie, yang menyebut Pani Gold Project sebagai penggerak ekonomi lokal, dianggap FORMALINTANG sebagai bentuk “pengkhianatan intelektual.” Taufik menyebutnya sebagai pembodohan sistematis yang dilegitimasi oleh para pemangku kekuasaan.
Menurutnya, realitas di lapangan berkata lain: lahan-lahan pertanian dirampas, akses ekonomi rakyat dipangkas, dan ruang hidup menyempit. Di tengah itu, investasi tambang justru terus didandani sebagai proyek strategis nasional.
Tak hanya menyasar aktor lokal, FORMALINTANG juga menyingkap selubung pendanaan global di balik proyek ini. Klaim Boyke Abidin, pimpinan proyek Pani Gold, bahwa seluruh investasi sejak 2023 bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dianggap menyesatkan.
Taufik menyodorkan data: pendanaan PGP disokong oleh bank-bank asing seperti UOB (Singapura), KDB (Korea Selatan), dan Mizuho Bank (Jepang). Dengan kata lain, proyek yang dibungkus semangat nasionalisme ini sejatinya berdiri di atas utang luar negeri.
“Jangan bodohi publik dengan nasionalisme semu! Ini bukan kedaulatan ekonomi—ini ketergantungan struktural,” tegasnya.
Dalam narasi FORMALINTANG, Proyek Pani bukan sekadar tambang, melainkan simbol bagaimana negara tunduk pada kepentingan modal. Mereka menggambarkan daerah-daerah penghasil sumber daya alam seperti Pohuwato sebagai ladang eksploitasi baru dalam wajah kolonialisme modern.
Aksi hari Senin nanti akan membawa satu tuntutan baru yang belum pernah dilontarkan sebelumnya: ultimatum kepada seluruh bank penyokong pendanaan PT Merdeka Copper Gold. FORMALINTANG mendesak agar bank-bank tersebut menghentikan sementara seluruh aliran dana hingga konflik sosial dan ekologis diselesaikan.
“Kalau negara diam, kami akan bergerak. Jika korporasi tak tersentuh hukum, maka bank-lah yang akan kami datangi,” kata Taufik.
Dalam wawancara terakhir, Taufik menyebut Proyek Pani sebagai luka ekologis yang sulit dipulihkan dan sumber trauma sosial yang mendalam bagi masyarakat Bumi Panua—julukan Kabupaten Pohuwato. Perlawanan ini, katanya, bukan sekadar aksi jalanan, tapi wujud kemarahan kolektif dari rakyat yang merasa dikhianati.
“Kami tidak butuh janji. Kami butuh keadilan,” pungkasnya.