Hibata.id, Popayato – Kemarahan masyarakat Popayato terhadap aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) semakin memuncak. Tidak hanya Pemuda Popayato Induk, kini Pemuda Popayato Timur juga bersuara lantang menuntut agar Kapolda Gorontalo dan Kapolres Pohuwato segera menghentikan total aktivitas PETI yang terus merusak hutan Popayato.
Wawan Lahanza, salah satu Pemuda Popayato dan juga mahasiswa IAIN Sultan Amai Gorontalo sekaligus kader IMM Gorontalo ini, menegaskan bahwa Pemuda Popayato Serumpun tidak akan tinggal diam melihat tanah kelahiran mereka dihancurkan oleh para mafia tambang.
“Kami pemuda Popayato Serumpun telah bertekad untuk mengawal isu lingkungan ini. Jika tidak, kita semua akan tenggelam dalam lautan darah dan banjir yang selalu datang setiap kali hujan turun. Ini bukan ancaman kosong, ini adalah kenyataan yang sudah berulang kali terjadi,” ujar Wawan dengan tegas.
Ia juga mengecam keras pencitraan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu terkait dengan pertambangan ilegal di wilayah tersebut.
“Jangan bermain sandiwara! Jangan pura-pura peduli dengan aksi sosial tambang, sementara di balik itu kalian adalah dalang dari kehancuran hutan Popayato dan hajat hidup orang banyak,” serunya.
Saat ini, Pemuda Popayato Serumpun terus menggalang kekuatan dan mengonsolidasikan masyarakat untuk menyadarkan mereka tentang bahaya besar dari aktivitas PETI yang terus beroperasi tanpa kendali. Mereka menegaskan bahwa integritas aparat penegak hukum sedang diuji dalam kasus ini.
“Jika dalam waktu dekat tidak ada tindakan tegas, kami akan mendesak Kapolda Gorontalo dan Kapolres Pohuwato untuk mundur! Masyarakat sudah terlalu lama bersabar. Jangan salahkan kami jika situasi semakin memanas dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di Popayato,” tegas Wawan.
Sebagai bentuk ultimatum, mereka memberi waktu 100 hari kepada aparat penegak hukum untuk membuktikan keberpihakan mereka kepada rakyat.
“Kami yakin aparat penegak hukum masih berpihak kepada rakyat. Jika memang benar demikian, buktikan dengan membasmi mafia PETI dalam 100 hari ke depan. Jika tidak, maka kalian semua sama saja dengan para mafia itu,” tambahnya.
Wawan juga menegaskan bahwa jika pemerintah dan aparat penegak hukum terus membiarkan aktivitas PETI ini, maka mereka secara tidak langsung telah menjadi pembunuh bagi masyarakat Popayato.
“Jangan munafik! Jika PETI terus dibiarkan, itu artinya pemerintah dan aparat hukum sedang membunuh masyarakat secara perlahan-lahan! Berapa lagi korban yang harus mati? Berapa lagi rumah yang harus hancur karena banjir? Jika kalian peduli, bertindaklah sekarang juga!” serunya dengan penuh emosi.
Selama ini, pemerintah hanya bertindak setelah bencana datang. Mereka hanya membuka dapur umum dan membagikan makanan kepada masyarakat yang terdampak, tanpa ada langkah konkret untuk menyelesaikan masalah ini secara menyeluruh.
“Pemerintah hanya tahu bagi-bagi makanan saat bencana datang. Itu saja kerja mereka! Tidak ada langkah konkret, tidak ada penindakan tegas terhadap perusak lingkungan di Popayato! Ini bukan sekadar bencana alam, ini adalah ulah manusia serakah yang hanya tahu menikmati hasil, tanpa peduli dampaknya terhadap masyarakat!” kecam Wawan.
Pemuda Popayato Serumpun kini berada di garis depan perjuangan, memastikan bahwa isu ini tidak akan padam sebelum ada tindakan nyata dari pihak berwenang. Mereka bertekad untuk tidak berhenti hingga PETI di Popayato benar-benar dihentikan, mafia tambang ditindak tegas, dan hutan kembali aman untuk masyarakat.
Jika tidak ada tindakan nyata, Pemuda Popayato Serumpun siap turun ke jalan dan memperjuangkan hak mereka dengan segala cara.