Hibata.id – Setiap tahun, dunia memperingati Hari Pers sebagai bentuk penghormatan terhadap peran jurnalis dalam menyampaikan informasi yang akurat dan berimbang.
Namun, di balik perayaan ini, terdapat realitas pahit yang jarang tersorot: dedikasi tanpa henti, risiko tinggi, dan perjuangan jurnalis dalam mengungkap kebenaran.
Hari Pers bukan sekadar seremoni atau pidato yang menggaungkan kebebasan dan demokrasi. Di balik layar pemberitaan, terdapat meja kerja penuh dokumen, tenggat waktu yang menekan, serta kisah-kisah jurnalis yang harus menghadapi ancaman demi menyampaikan fakta kepada publik.
Bagi banyak jurnalis, profesi ini bukanlah jalan untuk mencari popularitas atau penghargaan. Sebaliknya, mereka mengemban tanggung jawab besar sebagai saksi sejarah, mencatat setiap peristiwa dengan integritas dan keteguhan. Risiko yang dihadapi pun tidak ringan, mulai dari tekanan politik, sensor, hingga ancaman terhadap keselamatan diri.
Hari Pers sejatinya menjadi momentum refleksi, bukan sekadar selebrasi. Ini adalah pengingat bahwa di tengah segala tantangan, kebebasan pers harus terus diperjuangkan.
Keberanian jurnalis dalam menyuarakan kebenaran harus tetap dihargai dan dilindungi, karena tanpa mereka, masyarakat kehilangan akses terhadap informasi yang objektif dan terpercaya.
Sebagai pilar keempat demokrasi, pers memiliki peran krusial dalam mengawal transparansi dan akuntabilitas. Oleh karena itu, apresiasi terhadap profesi jurnalis tidak hanya diberikan dalam bentuk penghargaan, tetapi juga melalui dukungan terhadap kebebasan pers yang independen dan bertanggung jawab.
Hari ini, saat kita memperingati Hari Pers, mari kita kenang mereka yang telah gugur dalam tugas mulia ini, serta mereka yang tetap berjuang tanpa lelah demi kebenaran. Semangat mereka adalah warisan yang harus dijaga, demi tegaknya demokrasi yang sehat dan berkeadilan.