Hibata.id – Kenaikan harga sewa kamar kost di Kota Gorontalo setiap tahun semakin memberatkan mahasiswa, terutama mereka yang berasal dari luar daerah.
Di tengah kondisi ekonomi yang semakin sulit, biaya hunian menjadi beban utama bagi ribuan pelajar perguruan tinggi.
Pantauan Hibata.id di sejumlah kawasan pendidikan tinggi seperti Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Universitas Ichsan, dan IAIN Sultan Amai menunjukkan adanya lonjakan tarif kost yang signifikan sejak 2020.
Jika pada tahun 2018 tarif sewa berkisar Rp400 ribu per bulan, kini banyak kamar kost dipatok mulai Rp800 ribu hingga Rp1,2 juta per bulan.
“Saya dulu bayar Rp450 ribu. Sekarang naik jadi Rp850 ribu, tapi fasilitasnya hampir tidak berubah,” keluh Fauzan, mahasiswa asal Kotamobagu, saat ditemui di kawasan kampus UNG, Selasa (17/6/2025).
Kenaikan ini, menurut para pemilik kost, dipicu oleh meningkatnya biaya operasional seperti listrik, pemeliharaan bangunan, hingga inflasi bahan kebutuhan pokok.
Samsir Datau, pemilik kost di Kelurahan Dulalowo Timur, menyebutkan bahwa penyesuaian tarif merupakan hal yang tidak terhindarkan.
“Biaya listrik dan bahan bangunan naik terus. Kalau tarif tidak saya naikkan, saya sendiri yang kewalahan menanggung biaya rumah tangga,” ujarnya.
Namun, kondisi ini menimbulkan dilema tersendiri bagi mahasiswa. Di satu sisi, mereka dituntut fokus dalam studi, di sisi lain harus memikirkan cara memenuhi kebutuhan dasar seperti tempat tinggal.
Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman (Perkim) Kota Gorontalo, Ferdi Yahya, menyampaikan bahwa pemerintah daerah tidak memiliki kewenangan langsung untuk mengatur tarif kost karena termasuk ranah swasta.
“Kost-kostan bukan aset pemerintah dan tidak tergolong rumah bagi masyarakat miskin, jadi tidak bisa diberikan subsidi atau intervensi kebijakan,” jelasnya.
Data Mahasiswa Aktif
Data dari Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) menyebutkan jumlah mahasiswa aktif di Kota Gorontalo mencapai 39.948 orang pada 2023 dan hanya sedikit menurun menjadi 39.877 pada 2024.
Mayoritas dari mereka tinggal di kost-kostan, memperlihatkan tingginya kebutuhan akan hunian layak dan terjangkau di daerah ini.
Hingga kini, belum ada solusi konkret yang ditawarkan baik dari pemerintah daerah maupun pihak kampus untuk mengatasi tekanan biaya sewa yang terus meningkat.
Mahasiswa berharap adanya skema bantuan atau penyediaan asrama subsidi agar akses terhadap pendidikan tidak terkendala masalah ekonomi.