Hibata.id — Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, masyarakat Indonesia perlu mewaspadai bahaya berita hoaks berbasis kecerdasan buatan (AI). Kemampuan AI dalam menciptakan konten palsu yang menyerupai informasi nyata menjadi ancaman serius terhadap keakuratan informasi, stabilitas sosial, dan kepercayaan publik terhadap media.
Berikut tujuh alasan utama mengapa hoaks berbasis AI harus diwaspadai pada era digital 2025:
1. AI Meniru Gaya Jurnalistik dan Visual Profesional
Teknologi AI generatif, seperti deepfake dan AI text generator, dapat menciptakan teks, suara, gambar, hingga video yang sangat mirip dengan produk jurnalistik resmi. Konten ini kerap tampil layaknya berita asli, membuat publik sulit membedakan antara fakta dan manipulasi.
2. Picu Disinformasi dan Kepanikan Massal
Hoaks berbasis AI dengan cepat menyebar di media sosial dan dapat menimbulkan kepanikan publik, ujaran kebencian, bahkan konflik sosial. Misalnya, video palsu tokoh negara yang mengumumkan krisis nasional atau artikel manipulatif soal pandemi dapat memicu keresahan luas.
3. Rusak Kepercayaan terhadap Media Resmi
Tingginya sebaran hoaks menyebabkan publik makin skeptis terhadap media arus utama. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap informasi yang benar dan berdampak buruk pada kehidupan demokrasi dan pengambilan keputusan publik.
4. Serang Tokoh Penting dan Isu Sensitif
AI kerap digunakan untuk membuat narasi manipulatif yang menyerang tokoh politik, agama, dan menyentuh isu sensitif seperti SARA. Ini dapat memicu konflik horizontal dan merusak kerukunan antarwarga.
5. Sulit Dideteksi Masyarakat Umum
Sebagian besar masyarakat belum memiliki literasi digital yang cukup. Minimnya kemampuan verifikasi membuat publik mudah terjebak dalam informasi palsu yang diproduksi AI. Edukasi media menjadi kunci pencegahan.
6. Alat Propaganda Politik dan Ekonomi
AI berpotensi digunakan untuk menyebarkan narasi politik palsu, memanipulasi opini publik saat pemilu, bahkan menjatuhkan reputasi bisnis dengan konten seolah kredibel. Praktik ini mengancam persaingan sehat dan keadilan demokrasi.
7. Hambat Penanggulangan Krisis dan Bencana
Dalam situasi krisis, seperti bencana alam atau wabah, hoaks AI dapat menyebarkan informasi yang salah mengenai penanganan medis atau lokasi evakuasi. Hal ini dapat memperlambat respons dan membahayakan keselamatan publik.
“Literasi digital harus menjadi benteng utama masyarakat. Pemerintah, media, dan lembaga pendidikan perlu berperan aktif dalam membekali warga agar cerdas memilih informasi,” ujar pakar komunikasi digital Universitas Indonesia, Rina Darmawati, dalam diskusi daring, Rabu (2/7/2025).
Penguatan literasi digital serta regulasi ketat terhadap penggunaan AI untuk produksi konten perlu segera diperkuat. Pemerintah dan platform digital juga harus berkolaborasi dalam mendeteksi serta menindak penyebar hoaks berbasis AI.