Hibata.id – Ada suasana yang berbeda di ruang Paripurna DPRD Provinsi Gorontalo, Jumat 05 Desember 2025 pagi itu.
Bukannya dekorasi mewah atau gemerlap hiasan warna-warni, ruangan justru dipenuhi aroma pisang matang, kelapa segar, dan tumpukan hasil bumi yang disusun rapi.
Bukan tanpa alasan. Momen itu adalah perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-25 Provinsi Gorontalo – dan kali ini, kesederhanaan sengaja dihadirkan sebagai pesan.
Ketua Komisi II DPRD Provinsi Gorontalo, Mikson Yapanto, tampak tersenyum ketika keluar dari ruang sidang. Ada kesan yang menurutnya sulit ditemukan pada perayaan tahun sebelumnya.
“Baru ulang tahun kali ini yang betul-betul membawa arti. Suasananya sederhana, efisien, tapi ngena banget dan sesuai kondisi daerah,” kata Mikson.
Yang membuatnya terkesan bukan hanya dekorasi minimalis, tetapi keberanian pemerintah menampilkan pangan lokal sebagai pusat perhatian.
Pisang, mangga, kelapa, hingga berbagai hasil panen petani lokal dipajang sebagai ornamen utama—dan justru itu yang menurut Mikson paling penting.
Baginya, tampilan itu adalah “kode keras” bahwa Gorontalo tak bisa berpangku tangan soal ketahanan pangan. Ia melihat pesan kuat agar masyarakat kembali menanam, merawat lahan, dan tidak membiarkan tanah produktif terbengkalai.
“Melihat banyaknya pangan lokal yang dipajang, itu jadi reminder buat kita semua. Kita harus gerakkan lagi semangat menanam. Jangan ada lahan yang dibiarkan kosong,” ujarnya.
Mikson juga menyebut HUT ke-25 ini sebagai momentum untuk membenahi banyak hal. Ulang tahun daerah bukan sekadar acara seremonial, melainkan waktu yang tepat untuk mengevaluasi arah pembangunan.
Ia berharap seluruh elemen—pemerintah, masyarakat, hingga generasi muda—bergerak bersama. Arah pembangunan Gorontalo, katanya, harus berorientasi jangka panjang agar anak cucu tidak menanggung beban akibat keputusan hari ini.
“Kalau kita ingin Gorontalo maju, ya harus kerja bareng. Fokus bangun ketahanan pangan, pastikan setiap kebijakan itu berkelanjutan,” tutur politisi NasDem itu.
Perayaan sederhana itu mungkin tidak penuh gemerlap. Tapi bagi Mikson, justru di situlah maknanya. Gorontalo sedang diingatkan untuk kembali pada hal-hal yang esensial: tanah, pangan, dan masa depan.
