Sosial

Kisah Mohammad, Penjual Pentol di Tengah Sepinya Danau Perintis

×

Kisah Mohammad, Penjual Pentol di Tengah Sepinya Danau Perintis

Sebarkan artikel ini
Mohammad Pakaya (50) Penjual Pentolan yang kerap mangkal di Danau Perintis, Bone Bolango/Hibata.id
Mohammad Pakaya (50) Penjual Pentolan yang kerap mangkal di Danau Perintis, Bone Bolango/Hibata.id

Hibata.id – Di tengah sepinya pengunjung Danau Perintis, Bone Bolango, terlihat seorang pria paruh baya sedang berjualan pentolan.

Pria bertopi hitam itu bernama Mohammad Pakaya (50). Ia berasal dari Desa Pentadio, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo.

Muhammad bercerita, bahwa dirinya sudah lama menggeluti profesi sebagai penjual pentolan keliling. Kini sudah tahun ke 5 dirinya menjalani profesi sebagai penjual jajanan tersebut.

Baca Juga: Kuliner Lezat di Kalimantan Tengah yang Akan Menjadi Ibu Kota Baru

“Awal mula saya menjual begini dari tahun 2018,” kata Mohammad Pakaya.

Kata Mohammad, alasanya memilih menjual pentolan karena dirinya tidak mau bekerja atas perintah dari orang lain. Sebab, jika usaha milik orang lain, maka penghasilannya akan terbagi dua.

Baca Juga:  Harap-Harap Cemas Soal Ketersediaan Gas Elpiji di Bulan Puasa

“Biarpun pendapatannya sedikit yang penting kita sendiri pemiliknya,” ujarnya.

Sebetulnya, dulu kata Mohammad, dirinya bukan seorang penjual pentolan keliling. Namun, awal mula dirinya memulai profesi sebagai pedagang dengan bejualan es mambo keliling.

Baca Juga: Cerita Pedagang Kain Banting Setir Jualan Kerupuk di Gorontalo

“Tahun 2008 itu saya belum jualan pentol begini. Dulu itu saya masih jualan es keliling. Hingga 2018 kemudian beralih jualan pentol,” katanya.

Dirinya mengungkapkan, bahwa menjual es keliling adalah profesi lama yang pernah dijalani Mohammad. Bayangkan, dari umur 34 tahun, Mohammad sudah melakoni profesinya itu

“8 tahun lebih saya dulu berjualan es, setelah itu pindah profesi menjadi penjual pentol,”katanya.

Baca Juga:  Tugas dan Fungsi Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Tahun 2024

Seiring berjalanya waktu, munculnya berbagai jenis olahan es, termasuk es cream di berbagai warung. Hal itu membuat es yang dijualnya mulai sepi pembeli, yang pada akhirnya ia harus memilih berjualan pentolan.

“Jika menjual es, kita yang harus cari pembeli. Tapi kalau pentol, pembeli yang cari kita,” jelasnya.

Baca Juga: Cerita Pedagang Roti Bakar Bandung di Gorontalo, Berjuang Demi Hidup Orang Tua

Mohammad bilang, profesi penjual pentol telur sudah menjadi kegiatan yang sangat dibanggakan. Berkat dari menjual pentolan, kini Mohammad sudah bisa membeli 3 unit motor untuk dirinya dan istri.

“Modal saya paling mentok 300 lebih dan penghasilan saya dalam sehari kadang sejuta kadang juga hanya 800 ribu. Saya jualnya 1000 dua biji pentol,” katanya.

Baca Juga:  Polda Gorontalo Bagikan Ribuan Paket Sembako Untuk Masyarakat

Dengan kegigihan yang tinggi dan tidak mudah putus asa. Mohammad kini sudah memiliki anak buah yang menjual pentol di wilayah lain.

“Sekarang saya sudah punya anak buah 2 orang yang saya gaji dari hasil pendapatan mereka sehari-hari,” ujarnya.

Walaupun, sudah memiliki karyawan, tapi dirinya tetap saja berjualan layaknya pedagang lain. Bahkan, dengan usia yang cukup tua, Mohammad masih belum mau untuk pensiun menjadi seorang penjual pentol keliling.

“Sudah terbiasa begini, biar sudah tua tapi saya senang keliling jualan pentol,” ia menandaskan.

**Cek berita dan artikel terbaru di GOOGLE NEWS dan ikuti WhatsApp Channel
Example 120x600